Selasa, 15 Februari 2011

Anjing Bisa Jadi Sahabat Penderita Diabetes


Sejak berabad-abad lalu anjing dikenal sebagai binatang paling setia pada majikannya. Insting dan kemampuannya pun kerap dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia mulai dari tugas ringan seperti menuntun orang buta hingga mengendus zat tertentu seperti narkoba atau bahan peledak.

Kemampuan anjing pun kini mulai dikembangkan untuk kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan. Di Amerika Serikat misalnya, binatang setia ini sekarang banyak dilatih indra penciumannya untuk mengawasi kadar gula darah para penderita diabetes.

Berdasarkan data Asosiasi Diabetes Amerika, lebih dari 20 juta anak dan orang dewasa di AS mengidap diabetes. Akibat penyakit ini, tubuh mereka tidak cukup memproduksi insulin, hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, tepung dan makanan lain menjadi energi. Penderita diabetes harus memeriksakan kadar gula darah mereka secara teratur setiap hari. Bahkan pemeriksaan terkadang harus dilakukan tengah malam guna mencegah terjadinya peningkatan atau penurunan ekstrim yang berujung pada kegagalan organ.

Peran anjing dalam membantu serta memberi peringatan dini sebenarnya telah terlihat. Setidaknya dua organisasi di AS telah sukses melatih anjing dalam mendeteksi rendahnya kadar glukosa. Tetapi yang menjadi persoalan kini adalah para ahli belum dapat mengungkap bukti ilmiah bahwa anjing benar-benar dapat dijadikan acuan bagi penderita diabetes dalam mendeteksi penurunan kadar gula darah yang membahayakan .
Para peneliti dari Queen's University di Belfast, Irlandia Utara, misalnya, kini tengah berupaya keras mengungkap bukti-bukti ilmiah tersebut. Yang menjadi perhatian mereka adalah sinyal atau isyarat apa yang diterima anjing sehingga isyarat ini dapat dilatih dan dikenalkan sebagai sistem baku bagi peringatan dini bagi penderita diabetes.
"Laporan bersifat anekdot memang menunjukkan bahwa beberapa ekor anjing dapat memberi peringatan dini akan terjadinya hipoglikemia dengan menggunakan indra penciuman mereka untuk mengetahui bahwa kadar gula darah majikannya sedang menurun," ungkap pimpinan peneliti dan profesor psikologi, Deborah Wells.

Soal sinyal atau isyarat ini juga menjadi perhatian Mark Ruefenacht, pendiri Dogs for Diabetics, di Concord, California. Menurutnya, isyarat apa persisnya yang ditangkap anjing ketika seseorang mengalami kadar rendah gula darah masih menjadi sebuah misteri.

"Kami hanya belum dapat menemukan jawaban yang tepat . Setiap kali kami pikir sudah mempunyai jawabannya namun sebenarnya belum," ujar Ruefenacht.
Ruefenacht, yang juga penderita diabetes, merintis organisasi Dogs for Diabetics tiga tahun lalu. Organisasi ini sekarang tengah berupaya mengidentifikasi aroma atau abu yang memungkinkan anjing bisa memberikan peringatan dini dengan dukung laboratorium forensik
Ruefenacht mendirikan organisasi tersebut setelah terinspirasi oleh salah satu anak anjing miliknya. Anjing tersebut membangunkan ia di suatu malam di mana Ruefenacht rupanya lupa mengecek kadar gula darahnya sebelum tidur. Ruefenacht berpikir bahwa dirinya telah mengalami semacam seizure atau kejang yang mengingatkan anak anjing tersebut.
Sejak itu, seluruh relawan dalam organisasi tersebut menempatkan 30 pelatih anjing di rumah-rumah pengidap diabetes tipe 1 di kawasan California Utara. Permintaan akan anjing terlatih ini ternyata tinggi, lebih dari 100 orang kini tercatat dalam antrian.
Organisasi Dogs for Diabetics menggunakan anjing-anjing Labrador Retriever yang tidak lulus sekolah pemandu. Anjing-anjing ini biasanya gagal karena berbagai alasan seperti menolak berjalan di saat hujan atau enggan naik ke eskalator. Kemampuan dasar tersebut memang penting untuk menjadi anjing pekerja, tetapi tidak bagi anjing pembantu.
Ruefenacht mengatakan, anjingnya harus menjalani pelatihan tiga hingga empat bulan sama dengan yang apa dipersiakan untuk mendeteksi narkotika atau bahan peledak. Seekor anjing berusia 2 tahun biasanya pertama kali diajari untuk mendeteksi contoh bau atau aroma kadar rendah gula darah. Lalu mereka diajarkan untuk menemukan bau tersebut pada manusia, dan memberi peringatan kepada orang lain dengan cara mengggit sebuah pipa kecil yang menggantung di lehernya. Anjing-anjing yang sukses menyelesaikan pelatihan tersebut dinilai 90 persen akurat, kata Ruefenacht.
Maski cukup akurat, tidak semua orang bisa langsung percaya dengan kemampuan anjing. Larry Myers, dokter hewan dan profesor di Auburn University di Alabama, misalnya telah mencoba melatih anjingnya untuk mendeteksi segala macam obat hingga pestisida pertanian selama 25 tahun. Menurutnya, pengadilan belum mengambil keputusan apakah anjing benar-benar dapat mendeteksi rendahnya kadar gula darah.
Walaupun anjing telah memiliki kemampuan penciuman yang luar biasa, menurut Myers, mereka tidak sensitif secara universal terhadap seluruh jenis zat kimia. "Apakah individu pengidap hipoglikemik, pada faktanya, mengeluarkan bau yang khusus? Saya tidak tahu, dan saya kira tidak ada satu orang pun mengetahuinya saat ini," ujarnya..
Kemungkinan lain selain bau atau aroma adalah anjing menangkap isyarat atau sinyal visual, sehingga dalam kasus ini anjing berfungsi sebagai pendeteksi gejala seizure. Anjing-anjing seperti ini diduga dapat menangkap perubahan psikologis yang sangat tak kentara pada majikannya yang mungkin bisa terlihat 45 menit sebelum seizure sebenarnya. Anjing ini kemudian memberi peringatan kepada manusia sehingga dapat menemukan lingkungan yang aman atau mengambil tindakan pencegahan.
"Ini dapat mengungkap apakah anjing benar-benar sensitif terhadap perubahan yang tak terlihat pada individua sesaat menjelang terjadinya serangan. Ini akan menjadi sebuah fact bahwa seekor anjing sangat sangat memperhatikan perilaku manusia," ungkap Myers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar